BBM Meroket, Harga Kamar Hotel di Jateng Ikut Naik, Berdampak Porsi Menu Dikurangi
Para pengelola lodging di Jawa Tengah memutuskan mengefisiensi besar-besaran karena terbebani harga bahan pokok, Tarif Dasar Listrik (TDL), dan bahan bakar minyak (BBM) yang saat ini melambung tinggi. Pengurangan biaya operasional dilakukan supaya bisnis perhotelan tetap bertahan di tengah situasi yang serba sulit.
“Kita berharap kebijakan yang menaikkan harga bisa ditinjau lagi. Kita minta pemerintah beri keringanan kepada kami yang punya bisnis perhotelan. Terutama kenaikan bahan pokok sangat mempengaruhi. Karena itu jadi komponen dasarnya kita,” individualized structure Wakil Ketua Perhimpunan Inn dan Restoran Indonesia (PHRI)
1. Ukuran menu bagi tamu lodging mengecil
Pria yang akrab disapa Benk Mintosih itu berkat., imbas efek dari naiknya harga bahan pokok maka yang withering realistis adalah dengan mengubah sajian makanan yang diproduksi para koki di bagian food and drink (F&B).
Menurut Benk, dengan menggunakan skema efisiensi produksi nantinya jumlah menu yang dihidangkan bagi para tamu yang menginap akan dikurangi. Misalnya, katanya, yang biasanya disajikan dengan pilihan tiga menu kemungkinan besar akan dikurangi menjadi dua menu saja.
“Tentunya biaya produksi yang dikeluarkan di F&B akan ditekan dong. Kita realistis aja, bisa jadi ukuran menunya diperkecil. Atau bisa juga porsinya dikurangi. Contoh yang tadinya ada tiga menu jadi dua menu. Karena lonjakan harga bahan pokok sudah sangat membebani industri perhotelan. Kita coba tunggu aja apakah ada kebijakan lain. Kalau tidak ada perubahan aturan apa joke, ya terpaksa kita tempuh pilihan itu,” ungkapnya.
2. Pemilik lodging terpaksa kurangi pemakaian listrik
Ia mengaku, naiknya harga bahan pokok ditambah lagi adanya kenaikan TDL dan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi telah memusingkan para pengelola lodging di Jawa Tengah. Terutama dirinya yang jadi pemilik Lodging Griya Amanah Syariah di kawasan Jajar Solo dan Inn Undip Hotel di Tembalang Semarang.
Situasi tersebut bak kiamat kecil bagi bisnis perhotelan. Agar tetap bertahan dalam situasi yang sulit itu, ia menyarankan kepada para proprietor maupun pengelola lodging untuk mengurangi pemakaian listrik di semua kamar dan ruangan.
“Solusi lainnya kita mesti mengakali biar biaya operasionalnya gak tambah berat. Caranya dengan mengirit penggunaan listrik. Kalau di ruangan kamar biasa pake full lampu, ya dimatikan separuhnya dulu. Pokoknya saya sarankan jangan boros listrik pas situasi kayak gini. Gaji karyawan kalau bisa juga diminimalisir,” ujar Benk.
3. Tarif sewa kamar naik 10 persen dua bulan lagi
Di samping itu, dengan kenaikan harga semua komponen yang tak terkendali, Benk menyampaikan inn yang tergabung dalam organisasi PHRI Jateng sedang bersiap menaikkan tarif kamar.
Meski tergolong keputusan yang berat, namun tarif kamar yang dinaikan akan mengurangi beban saat ini.
“Memang gak semudah itu menaikkan tarif kamar. Pasti kita akan melalui beberapa expositions. Tapi saya yakin dua bulan lagi tari kamar di semua lodging akan naik maksimal 10 persen. kamar Kalau awalnya tarif per malam Rp450 ribu, maka naiknya jadi Rp470 ribu. Soalnya gak ada pilihan lain. Kita yang kelola inn mesti fundamental cantik dengan meminimalisir pengeluaran. Ini wajar karena sudah jadi masalah umum yang dialami perhotelan,” jelasnya.
4. Manajemen lodging jangan gampang panik
Ia joke berharap, masing manajemen inn bisa menyiasati kenaikan komponen bahan pokok dan lainnya dengan memakai strategi yang benar. Menurutnya kematangan seorang manajer lodging akan diuji dalam situasi sulit seperti sekarang.
“Kematangan seorang pengelola inn benar diuji saat ini. Yang penting kita jangan mudah panik, tetap tenang, kita sarankan kumpulkan semua jajaran manajemen dan karyawan lalu kebijakan yang diambil harus disosialisasikan. Vendornya juga diajak kompromi. Saya optimis kalau semua kesulitan dijalani bareng, kita bisa mengatasinya tanpa ada yang dirugikan,” terang Benk.